Ikutan ngedit foto? Jangan asal tempel :)

Berikut step by step cara edit pasfoto agar terlihat natural. Semoga bermanfaat 🙂

Credit, photo by:






Buat layer Mask, dan hide (brush hitam dengan hardness <50%) bagian-bagian yg tidak diperlukan agar foto awal bisa nge-blend dengan foto tujuan.

Alt+click pada adjustment layer Brightness/Contrast agar adjustment hanya diterapkan pada satu layar di bawahnya, bukan semua layar di bawahnya.

Bila perlu edit lebih jauh, silakan edit dengan cara yang “non-destructive”: duplicate layer lalu di-mask.

Warna Lebih Akurat Saat Cetak Foto Dengan Epson L310

Temen-temen mungkin beberapa menyadari saat ngeprint pake Epson L 310 kok warnanya gak cantik ya. Skintone-nya terlalu magenta, warna hijaunya gak fresh, atau warna cyan/biru yang kusam. Nah, kali ini saya coba share tips agar warna yang dihasilkan saat ngeprint foto lebih cantik, fresh, dan lebih mendekati warna yang kita lihat di monitor.

Step 1: Pastiin setting jenis kertas sesuai dengan yang akan dipake. Kemudian, buka menu Options (printer properties) untuk pengaturan lebih detail.

Di sini contohnya kita pake program bawaan Windows (klik kanan > Print), kertas yang dipakai untuk print foto kali ini saya pake yang glossy (kertas foto). Gak masalah meski pake kertas foto merk Cuilangseng sekalipun, penting jenisnya glossy karena nentuin semprotan tinta dan lama pengeringannya tentunya 😀

Step 2: Buka tab “More Options” dan set “Color Correction” menjadi Custom, selanjutnya klik tombol “Advanced…”.

foto01

Step 3: Gunakan settingan berikut:

  • Color Management = Color Controls
  • Color Mode =  Adobe RGB
  • Gamma = 1.8
  • Color Adjustment Method = Slide Bar
  • Cyan = 0
  • Magenta = -10
  • Yellow = -15

Step 4: Setelah settingan di atas kita OK-kan, simpan settingan tersebut sebagai Preset agar saat mencetak nanti tidak perlu mengulangi pengaturan settingan tersebut.

Step 5: Jika semua settingan sudah OK (jenis kertas, kualitas print, opsi High Speed), tinggal OK untuk memulai print foto. Bandingkan hasilnya jika tanpa settingan di atas (settingan default saat print adalah Epson Vivid yang menurut saya warnanya gak cocok dengan yang di monitor :))

Untuk mempelajari lebih dalam tentang opsi kualitas print di Printer Epson L310, bisa cek page berikut: Memperbaiki Kualitas Print Epson L310

Selamat mencoba 🙂

Get rid fixed bars in Medium-based websites/blogs

If you don’t want to login to Medium and annoyed by fixed bars (top and bottom) in Medium-based websites or blogs, I will share simple tip to get rid of them. Of course not completely remove it from the page, only change its behavior from using fixed position to be static position.

However, you can simply create a free account and login to Medium then just ignore this post.

I will use Chrome browser and User CSS extension for this case, if you’re using another browser just install custom CSS or  Stylish extension/addon which have similar function.

After you’ve installed the extension/addon, then add the custom CSS below to the site or blog. If you’re using Chrome and User CSS extension, just visit the page then click its User CSS icon and insert the code below.

For Medium pages:

.u-fixed {
  position: sticky!important;
}
.metabar--spacer {
  max-height: 0;
}
.metabar {
  display: inline-block;
}

For Medium-based websites:

.u-fixed {
  position: sticky!important;
}
.metabar--spacer {
  max-height: 0;
}
.screenContent {
  margin-top: 80px;
}
.metabar {
  display: block;
}

Memperbaiki Kualitas Print Epson L310

(Image: Epson L310 Indo)

Bagi temen-temen yang memiliki printer Epson L310 dan “mengidap” pixel peeper–alias sering memperhatikan kualitas cetakannya sampe titik paling kecil yang bisa dilihat– mungkin keringet dingin karena kaget: “lho kok kayak gini kualitas cetakannya”. Tenang, mari kita cek penyebabnya.

Catatan: bagi temen-temen yg pengen mencoba setting agar warna saat print foto di Epson L310 ini lebih baik, bisa cek postingan berikut:
https://allanas.wordpress.com/2017/10/31/warna-lebih-akurat-saat-cetak-foto-dengan-epson-l310/  

Saat memutuskan membeli printer, tentu temen-temen mempertimbangkan bener-bener bagaimana sistem tintanya, apakah inkjet atau laserjet. Kemudian, kalo inkjet bagaimana cartridge-nya, apakah konvensional atau CISS (continuous ink suply system)–alias sistem infus.

Nah, memilih printer Epson L series sudah bisa dipastikan karena inkjet dan tintanya CISS. Tujuannya? Udah jelas, biar ngirit. Akan tetapi, haruskah ngirit mengorbankan kualitas cetaknya? Tentunya jangan sampai. Kalo saat ini temen-temen merasa “kecewa” dengan hasil cetakan Epson L310 (atau adik-kakaknya), kita cek dulu barangkali artikel ini bisa mengobati kekecewaannya. Oh ya, artikel ini hanya membatasi untuk pencetakan dokumen di mana kerapihan cetakan huruf menjadi perhatian utamanya (tidak membahas pencetakan foto: faktor jenis kertas, input file, kalibrasi monitor, dsb.).

Seperti yang kita tau, hasil cetakan diatur dengan #1 pilihan kualitas dan khusus untuk Epson L series ini ada tambahan #2 pengaturan speed-nya. Nah, kalo kebiasaan temen-temen saat ngeprint itu langsung teken tombol print, mulai saat ini STOP dan ikuti petunjuk berikut.

Kalo temen-temen kecewa karena cetakan L310 jelek, opsi High Speed pasti terpilih. Opsi quality Normal + High Speed itu kualitasnya mirip DRAFT di printer lain. Jadi, opsi High Speed itu ngaruh ke kualitas.

Harus temen-temen ketahui bahwa yang ditonjolkan dalam promosi Epson L series ini selain CISS-nya juga speed-nya. Akibatnya, settingan defaultnya “diatur” untuk mengejar speed cetak yang tinggi. Oleh karena itu, wajar kalo kita asal teken tombol Print kemudian kecewa dengan hasil cetakannya. Kenapa? Sudah disebutkan sebelumnya bahwa kualitas cetak, selain pengaturan pilihan kualitas juga pengaturan speed-nya.

Berikut langkah-langkahnya agar hasil cetak Epson L310 sesuai harapan.

#1 Selalu cek Preferences atau Properties (tergantung dialognya) sebelum menekan tombol Print. Pastikan kualitas yang dipilih sesuai kebutuhan. Lihat screenshot di bawah.

Pada pilihan Quality, terdapat opsi Draft, Standard, High, More Settings. Defaultnya, opsinya adalah Standard. Inilah penyebab mengapa hasil cetaknya tidak sesuai harapan temen-temen. Opsi Standard pada printer ini tidak sama dengan opsi standard pada printer merk lain. Standard di sini hampir-hampir seperti Draft pada printer merk lain. Speed cetaknya untuk opsi Standard jelas luar biasa ngebut. So, dari sini, kalo temen-temen mau nyetak dokumen penting, pilih opsi High minimal.

#2 Cek Speed cetaknya, apakah pilihan High Speed diceklis atau tidak. Opsi ini sangat penting untuk menentukan kualitas dan kecepatan cetakan. Opsi ini saya yakin paling sering diabaikan sehingga banyak menyebabkan kekecewaan baik kualitas tidak sesuai harapan di mana kecepatan cetaknya terlalu lambat atau terlalu cepat. Ingat, cek selalu apakah opsi High Speed dipilih atau tidak dengan pertimbangan diceklis untuk mengejar kecepatan cetak, dan tidak diceklis untuk mengejar kualitas cetak.

#3 Kualitas tertinggi pada printer ini bukanlah High, tetapi “Max”. Pilihan ini tidak langsung ditampilkan pada opsi Quality. Temen-temen harus menempuh extra steps untuk memilih kualitas yang maksimal. Caranya, pilih quality More Settings dan maksimalkan slider tingkat kualitasnya.

Oke, sekarang temen-temen tau dua faktor yang mempengaruhi hasil cetakan printer Epson L310 ini, opsi Quality dan opsi High Speed. Nah, bagaimana hasil cetakan dengan kombinasi dua opsi tersebut? Saya coba lakukan tes untuk #1 mengukur waktu cetak dan #2 membandingkan hasil cetakannya dengan cara mencetak multiple pages file PDF pada satu lembar A4. Berikut screenshot gambaran opsi cetaknya dan saya sediakan link file PDF yang digunakan.

Download file tes: l310-test-page

Kombinasi opsi cetaknya adalah (kertas yang digunakan adalah plain A4 80gr):
#1 Quality: Max, High Speed: Tidak
#2 Quality: Max, High Speed: Ya
#3 Quality: High, High Speed: Tidak
#4 Quality: High, High Speed: Ya

Hasilnya saya ranking untuk KUALITAS dan KECEPATAN-nya:
A. RANKING KUALITAS
#1 Quality: Max, High Speed: Tidak—-(1)
#2 Quality: Max, High Speed: Ya—-(2)
#3 Quality: High, High Speed: Tidak—-(3)
#4 Quality: High, High Speed: Ya—-(4)

B. RANKING KECEPATAN
#1 Quality: Max, High Speed: Tidak—-(1 menit 31 detik)—(4)
#2 Quality: Max, High Speed: Ya—-(0 menit 49 detik)—(3)
#3 Quality: High, High Speed: Tidak—-(0 menit 44 detik)—(2)
#4 Quality: High, High Speed: Ya—-(0 menit 23 detik)—(1)

Hasil kecepatan di atas bisa saja beragam tergantung isi dokumen dan opsi jenis kertasnya. Timer saya start ketika cartridge mulai menuangkan tinta, bukan pada saat tombol Print ditekan. Kesimpulan yang bisa kita dapat dari ini adalah: untuk kualitas cetak yang baik pada printer Epson L310, opsi quality yang dipilih minimal High. Opsi High Speed selain berpengaruh pada kecepatan cetak, juga kualitas cetaknya. Oleh karena itu, pilih sesuai kebutuhan apakah harus menggunakan High Speed atau tidak.

Saya sendiri, untuk dokumen yang perlembarnya sangat penting atau kita cetak hanya selembar atau beberapa lembar saja, saya pilih Quality: Max, High Speed: Tidak. Mengapa? Karena lembarnya dikit, tentu hasil cetak yang baik lebih penting dan waktu yang dibutuhkan juga gak terlalu lama. Misal untuk mencetak piagam, sertifikat, dsb. yang bernilai arsip sangat penting.

Kalo untuk dokumen dengan lembar banyak dan punya banyak waktu luang untuk mencetaknya, saya pilih Quality: High, High Speed: Tidak atau Quality: Max, High Speed: Ya. Misal untuk mencetak paper, makalah, laporan, dsb. Kalo kita terburu-buru maka opsi High Speed juga dipilih dan quality yang dipilih tetap High.

Opsi quality Standard saya pilih hanya untuk mencetak dokumen yang sekali pakai dan bernilai arsip tidak terlalu penting. Opsi quality Standard dengan opsi High Speed saya gunakan untuk mencetak dokumen DRAFT.

Jadi, kalo lebih disederhanakan lagi, opsinya jadi sebagai berikut.

Jenis dokumen Quality High Speed?
Draft atau dokumen sekali pakai Normal YA
Surat biasa, laporan, karya tulis High YA
Surat penting, sertifikat Max TIDAK

Untuk mengukur tingkat detail yang dapat dicetak oleh printernya, saya coba cetak file PDF test page di atas dengan mode multiple pages 2 rows 5 columns (10 halaman dokumen pada 1 halaman kertas) pada kertas A4, quality Max dan High Speed NO, hasilnya teks masih dapat terbaca dengan jelas. Entah kalo quality-nya saya turunkan mungkin tidak akan terbaca teksnya. Saat ini saya juga penasaran untuk printer merk lain, apakah mampu mencetak teksnya dengan jelas atau tidak, yang jelas cara ini bisa digunakan untuk membantu kita memilih printer dengan kualitas cetak yang baik.

epson05.png

Oke, sekian pengalaman yang dapat saya share mengenai printer Epson L310. Saat membeli printer ini, saya dihadapkan dengan pilihan lain yakni Canon PIXMA G1000 karena range harganya tidak jauh berbeda. Malah, Canon PIXMA G1000 lebih murah dan sama-sama CISS. Saat mencetak tanpa mengatur opsi cetak pada Epson L310, saya kecewa berat kok hasilnya gak rapih. Saya kombinasikan dan explore pengaruh opsi cetaknya dan akhirnya terobati kekecewaannya. Printer ini bagus, hanya memang beda karakter dengan printer merk lain. Saya belum nyoba Canon PIXMA G1000, tetapi pernah melihat hasil cetaknya bagus juga. So, bagi temen-temen yang memiliki printer irit Epson L series, jangan lupakan yang dibahas dalam artikel ini agar hasil cetakan sesuai kebutuhan 🙂

Last, kalo hasil cetakan  dari printer itu harus dikategorikan menjadi 2 yakni “smooth” dan “sharp”, maka printer Epson L310 ini masuknya kategori sharp, sementara kalo misal PIXMA G1000 tadi masuknya smooth.

Terus kalo hasil printnya ada garis baret atau putih, kemungkinan besar ada nozzle yang tintanya tersumbat atau gak keluar. Lakukan Print Head Cleaning di properties/aplikasi  maintenance printernya.

Kemudian, kalo pas ngeprint garis vertikal itu gak lurus, kemungkinan besar print head alignmentnya kurang pas. Lakukan Print Head Alignment di properties/aplikasi maintenance printernya.

Masalah kualitas cetak, itu hanya di pemilihan opsi Quality dan High Speed.

Decrypt PDF? Cara Unlock PDF Terproteksi

Kadang teman-teman nemuin atau punya file PDF yang diproteksi agar tidak bisa dicopy, diprint, diextract, dsb. Annoying memang apalagi jika dokumen tersebut memiliki format yang acak-acakan dan kita hendak, misal, mereproduksi dengan format yang lebih baik atau readable. Jadi jangan heran ketika membuka file PDF kemudian fungsi text selection, copy, print, dsb. didisable. Bukan programnya yang error, memang file tersebut dikunci untuk hal tersebut.

Ada 2 (dua) jenis proteksi pada file PDF. Proteksi pertama adalah Document Restrictions/Permissions yakni proteksi untuk melakukan perubahan, content extraction, printing dsb. Proteksi kedua adalah Document Open yakni file membutuhkan password untuk dibuka. Nah, tulisan ini hanya akan membahas unlock untuk proteksi pertama yakni Document Restriction/Permissions.

Untuk kasus file yang dipassword untuk dibuka, atau Document Open, mending teman-teman nyerah aja, percuma pake aplikasi PDF unlocker segala macem karena akan buang-buang waktu untuk mem-bruto force nebak passwordnya.

Balik lagi ke tipe proteksi yg pertama, berikut contoh properties file PDF yang diproteksi Document Restrictions/Permissions (tekan Ctrl+D pada Adobe Reader).

pdf_locked

Kalau filenya diproteksi dengan password untuk Document Open, berikut tampilan pada saat file tersebut dibuka.

pdf_passworded

Cara (legal) untuk mengunlock proteksi tersebut tentunya dengan memasukan password dan kemudian mendisable restrictions-nya. Bagaimana halnya kalau kita lupa passwordnya (atau memang tidak tahu)? Nah, banyak aplikasi yang bisa unlock mulai dari yang gratisan sampai berbayar.

Perlu diketahui juga proses unlock ini setidaknya ada 2 (dua) cara, pertama dengan bruto-force password yakni menebak passwordnya, kedua dengan meremove proteksinya (tanpa tahu passwordnya). Cara termudah tentu yang kedua, yakni meremove proteksinya. Mau pake cara pertama? Akan butuh waktu lama untuk komputer nebak passwordnya, jelas gak efisien kalo kita tau cara yang lebih mudah.

Aplikasi yang free untuk unprotect atau decrypt file PDF yang terproteksi yakni QPDF. Penggunaannya menggunakan console/command prompt, jangan khawatir, simpel kok. Oke, berikut langkah-langkahnya ya.

  1. Download aplikasi QPDF dari link berikut (versi 6.0.0 misal),
    https://sourceforge.net/projects/qpdf/files/qpdf/6.0.0/

    Pilih yang berawalan “qpdf-6.0.0-bin”, terserah mau yang dicompile pake MSVC atau MinGW, saran saya pilih yang MinGW (qpdf-6.0.0-bin-mingw) agar gak perlu instal VC Runtime jika belum punya. Mau yang mingw32 atau mingw64 sesuaikan prosesornya aja.

  2. Extract dan tempatkan qpdf.exe satu folder dengan file PDF-nya untuk memudahkan penggunaannya.
    pdf_pdf
  3. Shift+Klik kanan pada Explorer untuk memunculkan pilihan Open command window here.
    pdf_shrck
  4. Jalankan perintahnya dengan format berikut.
    qpdf.exe --decrypt inputfile.pdf outputfile.pdf

    contohnya: qpdf.exe –decrypt ebook009.pdf ebook009-new.pdf

    pdf_qpdf

  5. Tunggu prosesnya dan selesai, output filenya kini sudah tidak diproteksi.
    pdf_unlocked

Oke, semoga bermanfaat 🙂

Fix Dota 2 Offline vs Bot Bug

dota2_70x_bug

Update: this bug was fixed in recent update.

One of the most annoying bug since 7.00 (or 7.01) update in Dota 2 is when you play vs bot in offline mode, every heroes are weaponless and bald (no cosmetics). To fix this and continue playing practice vs bot, there are two workarounds:

  1. Go Online… this bug won’t occur if you go online.
  2. How about to play it in Offline Mode? Okay, this workaround will help:
    • Don’t start the game (vs bot) via PLAY DOTA button, instead launch it via console, hit “\” if console window doesn’t appear (please google if you don’t know how to enable console in launch options).
    • Type these commands:
      sv_lan 1
      
      dota_bot_set_difficulty 4
      
      dota_start_ai_game 1
      
      map dota
    • Game will start in All Pick mode by default. Hit “\” to hide console window…. Enjoy 🙂

dota_2_vs_botPlease note that the game start without pre-game (like in old map) and buy courier because your bot won’t buy it in first minute of the game 🙂

This method works for me, you can try it and continue enjoy playing Dota vs bot in Offline Mode. If you need explanations about those commands and adding more commands to your game, just google them yourself.

dota_2_vs_bot_offline

My Resources Bookmark

websites

#1 http://gen.lib.rus.ec/search.php
Library Genesis1M
category: ebook

#2 http://torrentlee1.com/bbs/board.php?bo_table=music_flac
Torrentlee, FLAC and High Res Musics
category: music

#3 https://ocw.mit.edu/courses/audio-video-courses/
MIT Audio/Video Lectures
category: vod

webpages

#1 https://sqlite.org/whentouse.html
Appropriate Uses For SQLite
category: database

#2 https://github.com/Developer-Y/cs-video-courses
List of Computer Science courses with video lectures, by Developer-Y.
category: vod

https://serbasejarah.wordpress.com/unduh-e-book-sejarah/

#3 https://serbasejarah.wordpress.com/unduh-e-book-sejarah/
Kumpulan Ebook Sejarah
category: ebook

Resize Foto dengan Target File Size Tertentu

Mungkin teman-teman suatu saat diminta untuk mengirimkan foto dengan ukuran file tidak boleh melebihi batas file size tertentu. Misal, di ketentuan yang ditetapkan kalo filenya gak boleh melebihi 100KB. Nah, sekarang gimana nih biar kita

  1. dapet ukuran foto yang (dalam contoh kasus ini) gak lebih dari 100KB,
  2. kualitas foto tetep bagus, dan
  3. ukuran foto gak terlalu kecil.

Nah, dengan contoh kasus di atas, di sini akan kita lihat gimana aja langkah-langkahnya agar ketiga target di atas dapat tercapai. Oke deh, langsung mulai aja 🙂

Teman-teman juga bisa saja pakai aplikasi atau website untuk image optimizer seperti: TinyJPG.com, ImageOptim, dsb.

Petunjuk di tulisan ini menggunakan cara manual agar teman-teman paham prosesnya.

1. Persiapan
Misal, kita punya file foto .JPG yang diambil langsung dari memori kamera. Foto tersebut memiliki resolusi tinggi dan tentunya ukuran filenya juga besar (lihat screenshot)

Dari foto di atas, kita lihat bahwa ukuran file yang besar tersebut disebabkan terutama karena masih resolusi tinggi foto tersebut. Oleh karena foto yang akan dikirimkan tersebut tidak diperuntukkan untuk hal printing, maka resolusi “terlalu” tinggi tersebut jelas tidak diperlukan. Nah, agar dapat mengurangi ukuran file secara drastis, kita akan resize foto tersebut menjadi lebih kecil (tetapi gak terlalu kecil :).

2. Gunakan Cara yang Paling Mudah
Dalam kasus ini, saya akan menggunakan Photoshop (di sini saya masih pake CS2). Aplikasi lain juga dapat dipake, gimana mudahnya aja yang penting “teori” dalam tutorial ini dapat ditangkep maksudnya. 🙂
Nah, buka foto tersebut dengan Photoshop.

Akses menu: File > Save for Web…
(atau File > Export > Save for Web (Legacy)… untuk Photoshop versi baru)

Apabila resolusi fotonya terlalu besar akan muncul peringatan berikut

So, daripada komputer kita ngelag saat meresize nanti, mending kita kecilkan dulu foto tersebut (ingat, kalau bukan untuk printing, resolusi tinggi “tidak” terlalu penting).

Untuk meresize foto tersebut agar tidak muncul peringatan di atas, akses menu:
Image > Image Size…

Di sini saya ubah width-nya menjadi 1200px (ukuran height mengikuti). Ukuran 1200x1800px ini masih cukup besar kalau sekedar untuk ditampilkan di monitor, so udah oke.

OK, setelah dikecilkan, akses kembali menu: File > Save for Web…

3. Saatnya Mengoprek
Saat melakukan tweaking, kita perhatiin beberapa hal berikut.

1. Tingkat kualitas setinggi mungkin dengan ukuran file sekecil mungkin (Quality > File Size)

Pastiin format file yang dipilih adalah: JPEG. Nah, kita lihat dulu berapa ukuran filenya kalau dengan tingkat kualitas maksimum (100%).

Coba kita bandingkan apabila diubah menjadi Very High (80%).

Wah, ternyata perbedaan ukuran filenya cukup jauh. Oke deh, karena target ukuran filenya adalah 100KB, maka akan kita pilih tingkat kualitas yang Very High aja. Mengapa, karena #1 resolusi foto sama, #2 file lebih kecil, dan #3 secara kasat mata perbedaannya kualitasnya tidak terlalu jauh (ingat, ini bukan untuk kebutuhan printing 🙂 )

Apa jadinya kalau kita memaksakan menggunakan setting kualitas Maximum?

  • Secara kasat mata, kualitasnya tidak akan jauh berbeda dengan yang Very High.
  • Agar dapat mencapai ukuran target 100KB, otomatis langkah selanjutnya adalah mengecilkan resolusi foto.
  • Hasil akhir, resolusi foto jauh lebih kecil dibanding dengan yang Very High (dengan file size yang sama dan kualitas yang hampir sama, lagi-lagi ingat, ini bukan untuk printing 🙂 ).

Apa jadinya kalau kita menggunakan setting kualitas yang terlalu rendah?

  • File size jauh lebih kecil.
  • Resolusi bisa tetap tinggi.
  • Kualitas fotonya jelas akan sangat tidak diharapkan.

Bayangkan kalau Kualitas itu Q dan Resolusi itu R, maka Size = Q * R…

Maksudnya, kita bisa saja punya image dengan resolusi tinggi dengan size kecil, akibatnya kualitasnya pasti dicompress. Sebaliknya, resolusi kecil tapi sizenya besar akibat kualitasnya terlalu high. Nah, di sini kita cari kombinasi yang pas antara Q dan R di mana Sizenya sesuai target.

So, kita juga tetap jaga kualitasnya.

2. Kualitas tinggi, resolusi tinggi, ukuran file kecil
Nah, setelah setting kualitasnya kita tetapkan, untuk mendapat ukuran file kecil (target 100KB) langkah selanjutnya adalah mengatur resolusinya. Singkatnya, saatnya mengecilkan resolusi foto, tetapi tidak terlalu kecil.

Kita coba atur dengan mengubah heightnya menjadi, misal, 960px (biasanya untuk target file di bawah 100KB dengan kualitas Very High, resolusi di bawah 1000px akan mendekati dan 960px—dalam kasus ini—agar widthnya tetap genap aja). Kita lihat deh screenshot di bawah, ternyata udah mendekati 100KB. Ukuran filenya masih lebih dari 100KB, daripada ntar ditolak sama sistemnya, ya kita kecilin lagi deh :).

3. Apabila sudah mendekati target, resolusinya perkecil sedikit demi sedikit
Gimana kalo dijadiin genap 900px aja heightnya? Kita lihat dulu.

Ah, ternyata dikit lagi nih untuk jadi di bawah 100KB. Kecilin dikit lagi deh.

Oke dapet, (dalam kasus ini) saat diubah heightnya menjadi 888px, kita dapet ukuran file 99.38KB. Ukuran ini udah maksimum (kasusnya, tidak boleh melebihi 100KB) dengan resolusi akhir foto yang masih cukup tinggi (dapet 592x888px). Gimana dengan kualitasnya? Tentu tetep bagus, kita kan dari tadi pake yang Very High aja :).

4. Kesimpulan
Akhirnya kita dapet nih ukuran foto yang (dalam kasus ini) sesuai ketentuan yakni di bawah 100KB dengan kualitas tetep bagus dan resolusinya tidak terlalu kecil.

Proof, bukti hasil resize di atas (silakan lihat View Image Info atau Properties foto berikut–klik thumbnailnya terlebih dahulu–, sizenya di bawah 100KB 🙂 ).

Contoh Hasil

Klik untuk membuka file aslinya.

Nah, kalau temen-temen misal pake aplikasi lain ya langkah-langkahnya gak akan jauh beda dan yang paling penting ngerti apa yang dimaksud dalam tutorial ini. So, untuk mencapai target dalam kasus ini, beberapa hal yang harus diperhatikan di antaranya

  • kualitas tinggi, tetapi tidak usah terlalu tinggi (ukuran file akan signifikan),
  • dengan kualitas tinggi, perkecil resolusi foto, tetapi tidak terlalu kecil, dan
  • dapetin #1 target ukuran file, #2 kualitas tinggi, #3 resolusi maksimum (kualitas lebih utama).

Oke deh, bagi yang udah baca sampai sejauh ini terima kasih ya. Selamat mencoba dan selamat berkreasi, insya Allah bermanfaat kalau udah ngerti maksudnya dan bisa bantu temen apabila temennya lagi butuh hal yang sama 🙂
Have fun! 🙂

Fix it Yourself: Playing StarCraft on Windows 7

If you play StarCraft (not SC2 :)) on Windows 7, there is a problem with the color palette when running the game. To fix this problem, you have to terminate the process of “explorer.exe” before running StarCraft. After terminating the “explorer.exe”, you can normally play StarCraft. Then, after exiting the game, you may relaunch the “explorer.exe” to return the desktop normally.

So, three simple steps to play StarCraft on Windows 7 are:

  1. Terminate the “explorer.exe”.
  2. Run StarCraft.
  3. Run “explorer.exe” after exiting the game.

To do that, you’ll need Task Manager help (terminate the process of “explorer.exe”, launch the StarCraft executable, and return the Windows Explorer).

Do The Task Automatically

Well, using Task Manager to play StarCraft normally in Windows 7 is not that simple and quick. We need to write a batch command (loader) to do this task automatically. So, open your Notepad and type this command (I’ll explain this later):

@taskkill /IM explorer.exe /F 
@echo - 
@echo - Running game. Please wait . . . 
@StarCraft.exe 
@echo - DON'T PRESS any key for now. Game will run!! 
@echo - 
@echo - 
@pause 
@echo - 
@echo - Press ANY KEY to return to normal mode. 
@echo - 
@pause 
@explorer

Attention:

  • Save this as “myloader.bat” (or whatever) in your StarCraft game directory (make sure you enter it .bat not .txt).
  • Change “StarCraft.exe” to loader.exe name if you use one 🙂
  • You can create a shorcut in your desktop from this loader.
    right click > Send to > Desktop (create shortcut)
  • Then change the icon for the shortcut (you can’t change the icon of “myloader.bat” directly) using the icon from StarCraft.exe
    right click > Properties > Change Icon… > Browse StarCraft.exe > OK

You can play StarCraft normally in Windows 7 using this loader now 🙂

How the Command Works

Well, I’ll explain what we typed in that loader so you know what you’re doing 🙂

  1. Terminate (kill) the “explorer.exe”—(using ‘@’ sign to hide the command in the displayed messages)
    @taskkill /IM explorer.exe /F
  2. Run the game after “explorer.exe” was terminated
    @echo - 
    @echo - Running game. Please wait . . . 
    @StarCraft.exe 
    @echo - DON'T PRESS any key for now. Game will run!! 
    @echo - 
    @echo - 
    @pause

    You see that “@echo” command is used just to display a message and “@pause” command is to pause before executing next command.

  3. When you exit the game, you may launch the “explorer.exe” to return the desktop normally.
    @echo - 
    @echo - Press ANY KEY to return to normal mode. 
    @echo - 
    @pause 
    @explorer

Simplify the Loaders

So we know that to play StarCraft normally in Windows 7 we need three simple steps: #1 terminate the “explorer.exe”, #2 run the game, #3 return the “explorer.exe”.

If you understand what the loader works, you can simplify the loader (remove the displayed messages). So, it is the main commands used for the loader:

@taskkill /IM explorer.exe /F
@StarCraft.exe
@echo DON'T PRESS any key for now. Game will run!!
@pause
@explorer

If you have same problem in another games, you can also try this trick.
Have fun! 🙂